KHALIFAH ABU BAKAR ASSIDIQ
Nama Abu bakar
ash-Shiddiq ra. sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin
Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr
al-Qurasy at-Taimi1[1].
Bertemu nasabnya dengan Nabi saw pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan
ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim.18 Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi
kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar
ash-Shiddiq ra. digelari Atiq. Imam Thabari menye-butkan19 dari jalur Ibnu
Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar),
kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.[2]
II.KARAKTER
FISIK DAN AKHLAKNYA,
Abu Bakar adalah
seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau
berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya
seialu turun dari pinggangnya), wajahnya seialu berkeringat, hitam matanya,
berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan seialu mewarnai jenggotnya dengan
memakai hinai maupun katam[3].
Begitulah karakter fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan
kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, seialu memiliki ide-ide yang cemerlang
dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar memiliki azimah (keinginan keras),
faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka,
sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat
wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu
mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah,
semoga Allah meridhainya. Akan diterang-kan kelak secara rinci hal-hal yang
membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
III.
KEISLAMANNYA,
Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah
saw semenjak Muhammad masih berniaga ke Syam. Pada suatu hari ,dia hendak
menemui Rasulullah saw, ketika ketemu dengan Rasulullah saw , dia berkata”Wahai
Abul Qosim(panggilan Nabi),ada apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di
majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk
tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi..? Rosulullah saw
bersabda “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt dan aku mengajak kamu
kepada Allah swt, setelah selesai Rasulullah saw berbicara, Abu Bakar pun
langsung masuk Islam[4].
Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada
di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan
beliau. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk
Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin
Mazhum, Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul
Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan
mereka semua juga masuk Islam.
Sedangkan
Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga
Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga
semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan
'Abd Rahman berpisah.
Abu Bakar adalah
lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk
Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali
memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk
Islam dari golongan budak. Ternyata keislaman Abu Bakar ra. paling banyak
membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan
keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta
kesungguhan-nya dalam berdakwah.22 Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya
tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidil-lah ra
Keutamaan Abu Bakar
ash-Shiddiq ra. sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah,
kitab tarajim (biografi para
tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai
dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang
termuat dalam Kitab Fadha’il
Shahabat.25
1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah saw. di Gua Dan
Ketika Hijrah
2) Abu Bakar
Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
3) Abu
Bakar Adalah Sahabat Yang Paling Utama
4) Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah saw.
5) Abu Bakar Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu
Mendampingi Rasulullah saw.
6) Orang yang Paling Dicintai Rasulullah saw.
Imán dan Keyakinannya yang Kuat
8)Kemauannya yang Tinggi
PERJUANGAN YANG DILAKUKAN OLEH KHALIFAH ABU
BAKAR ASH SHIDDIQ
B.1.Bidang Politik
Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah
(pengganti Nabi) sebagaimana dijelaskanpada peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah,
merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifahbukan atas kehendaknya sendiri,
tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar
As-Shiddiq menjadi Khalifah, maka mulailah beliau menjalankan kekhalifahannya,
baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan.
Adapun sistem politik Islam pada masa Abu
Bakar bersifat “sentral”, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif
terpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah,
Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Sedang
kebijaksanaan politik yang dilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya
yaitu:
1. Pemerintahan
Berdasarkan Musyawarah
Apabila terjadi suatu perkara, Abu Bakar
selalu mencari hukumnya dalam kitabAllah. Jika beliau tidak memperolehnya maka
beliau mempelajari bagaimana Rasul bertindak dalam suatu perkara. Dan jika
tidak ditemukannya apa yang dicari, beliaupun mengumpulkan tokoh-tokoh yang
terbaik dan mengajak mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka
setelah pembahasan, diskusi, dan penelitian, beliaupun menjadikannya sebagai
suatu keputusan dan suatu peraturan.
2. KonsepPemerintahan
Politik dalam pemerintahan Abu Bakar telah
beliau jelaskan sendiri kepada rakyatbanyak dalam sebuah pidatonya: “Wahai
manusia! Aku telah diangkat untukmengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah
orang yang terbaik diantara kamu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku
dengan baik, maka bantulah (ikutilah) aku, tetapi jika aku berlaku salah, maka
luruskanlah! orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat
mengambil hak daripadanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang
kuat sampai aku dapat mengembalikan hak kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bilamana aku tiada mematuhi
Allah dan Rasul-Nya, kamu tidaklah perlu mentaatiku’’.
3. KekuasaanUndang-Undang
Abu Bakar tidak pernah menempatkan diri
beliau diatas undang-undang. Beliau juga tidak pernah memberi sanak kerabatnya
suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undang- undang. Dan mereka itu dihadapan
undang-undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslim maupun
non-Muslim.
B. Abu Bakar
Menjadi Khalifah
Rasulullah,
Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah dan
sebagai kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan
wafatnya. Namun jabatan kedua perlu ada penggantinya, Belum lagi
Rasulullah dikebumikan , disebuah tempat yang bernama “ Saqifah bani Sa’idah
telah terjadi perselisihan pendapat antara golongan Anshor dan golongan
muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan. Ketika Rasulullah wafat,
beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya kelak, pada saat
Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk
cepat-cepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisishan pertama yang
terjadi pasca rasulullah wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke saqifah
(suatu tempat dimadinah yang biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk membahas
suatu masalah).[5]
Aturan-aturan
yang jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada hanyalah
sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk menjadi
Imam. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat tersebut. Adakah
suatu pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak. Berita perdebatan dua
golongan ini kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Abu
Bakar, Umar Ibn Khattab dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah
Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah.
Mendegar
berita ini akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat terkejut,
kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang
sedang berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Dalam
pertemuan tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin
Ubaidah, sebagai pengganti Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab
atas pandangan tersebut. Ketika perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato
dihadapan mereka dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan
Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin memilih salah satu dari sahabat
yaitu Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya menolak, dan keduanya
berkata, “Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini selama engkau
masih ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia,
Engkaulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika
dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang
pernah Rasulullah untuk menjadi Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit…Untuk itu
tengadahkanlah tanganmu wahai Abu Bakar, kami hendak membaiatmu.
Pada
awalnya Abu bakar sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab memegang tangan
Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu Ubaidillah,
setelah kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di
Saqifah bani Sa’idah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor. Kemudian Abu Bakar
berpidato; “Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu
padahal aku bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan
tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka
luruskanlah! orang yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku
dapat mengambil hak darinya, sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang
kuat , sehingga aku dapat mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat
kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak
mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat,
semoga Allah merahmati kalian”.[6] Pidato
yang diucapkan setelah pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan
komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan
tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi.
Dari
paparan di atas, terlihat jelas bahwa Abu Bakar dipilih secara aklimasi,
walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib,
Abbas, Thalha, dan Zubair yang menolak dengan hormat.[7] Pembahasan-pembahasan
tentang khalifah ini akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam.
Dengan terpilihnya Abu bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri
kekhilafahan pertama di dunia Islam.
C. Pemerintahan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepak
terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar ketika
ia di angkat menjadi khalifah seperti yang di atas. Secara lengkaf isi
pidatonya sebagai berikut :
“Wahai
Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku bukanlah
orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik
maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang
kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya,
sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat
mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat
kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan
rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
merahmati kalian”.
Ucapan
yang pertama sekali yang diucapkan oleh Abu Bakar ketika di bai’at, ini
menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan.
Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketataan rakyat,
mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai
intisari takwa. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu bakar
melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam kenegaraan maupun
pengurusan terhadap agama, di antara kebijaksanaannya ialah sebagai berikut :
Ø Kebijaksanaan pengurusan
terhadap Agama
Ada
beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara
lain :
1. Memerangi
Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada
awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat
Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut
ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak
mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti
Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al
Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta
beberapa pemberontakan dari beberapa kabilah.[8]
Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk
sebelas (11) pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan
mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang
ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak
berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak
membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing
atau unta kecuali untuk dimakan. Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar
kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus
melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka
sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang
panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Adapun sebelas panglima dan
tugasnya adalah sebagai berikut :
· Khalid
bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku
sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah,
suatu daerah di Arab tengah.
· Ikrimah
bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang kepala
suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang
terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
· Syurahbil
bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan. Jika
tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah
Yamamah.
· Muhajir
bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad
al-Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia
harus menuju Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin
Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
· Huzaifah
bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang terletak
diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku
Nabi.
· Arfajah
bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman
yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap
Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.
· Suwaib
bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak
sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu
Bakar.
· Al-Alla’
bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang murtad
dari Islam.
· Amru
bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat
laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
· Khalid
bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada
diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga
menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
· Ma’an
bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku
Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara
itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil
Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan
kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan
dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena
kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”[9]
Abu
Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah
memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga
berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan
memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
2. Pengumpulan
Al-Qur’an
Selama
peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah
menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari
khalifah Abu Bakar.
3. Ilmu
Pengetahuan
Pola
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri
dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain
sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk
setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan
oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini
adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga
pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani,
tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat
berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.[10]
Ø Kebijaksanaan Kenegaraan
Suyuthi
Pulungan ada beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan,[11] yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang
eksekutif
Pendelegasian
terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah. Misalnya untuk
pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid bin
tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin
Khathab sebagai hakim Agung. Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah
provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain
;
· Itab
bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
· Ustman
bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
· Al-Muhajir
bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
· Ziad
bin Labid, amir untuk Hadramaut
· Ya’la
bin Umayyah, amir untuk khaulan
· Abu
Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
· Muaz
bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
· Jarir
bin Abdullah, amir untuk Najran
· Abdullah
bin Tsur, amir untuk Jarasy
· Al-Ula
bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria)
dipercayakan kepada para pemimpin Militer.[12]
Para
Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin
agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian,
setiap amir diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib,
amil, Dan sebagainya.
2. Pertahanan
dan Keamanan
Dengan
mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid
bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
3. Yudikatif
Fungsi
kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan Abu
bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini
karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal
‘alim.
4. Sosial
Ekonomi
Sebuah
lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari
zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut
digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan
aturan yang ada.
Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah dilakukan
secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar. Allah
sendiri berfirman :
والذين استجابوا لربهم واقاموا الصلاة وامرهم
شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون.
“Dan bagi orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagaian
dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.[13]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah dengan
jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam
pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah setia.[14] Dengan
demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai khalifah disetujui.
D. Penyebaran dan
Kekuasaan islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam
pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah
dan perang.[15] Setelah
dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada
permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua
kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara
politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah
sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan
Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha
melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat
Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju
untuk berperang demi mempertahankan Islam.[16]
Pada
tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai.
Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari
tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan
Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya
membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia.
Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan
Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut
dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada
tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk
empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan
tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan
panglimanya itu adalah sebagai berikut :
· Abu
Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
· Amru
bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
· Syurahbil
bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
· Yazid
bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan
tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas
pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.[17]
E. Peradaban
Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bentuk
peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun
Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin.
Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah
Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain
itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi
pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
Ø Dalam bidang penataan sosial
ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk
kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal
dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang
dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan
untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat
yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
Ø Praktik pemerintahan khalifah
Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri
dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar
menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah
kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah
Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak
merujuk seorang untuk menggantikannya.[18]
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa
hal yang perlu dicatat :
· Abu
Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.
· Abu
Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan
memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
· Pengukuhan
Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu
baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
F. Wasiat Abu
Bakar terhadap Umar bin Khathab
Setelah
mengetahui kesepakatan semua orang atas penunjukan Umar sebagai pengganti, Abu
Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan surat tersebut, adapun
wasiat tersebut berbunyi :
“Bismillahirrahmanirrahim.
Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah Rasulullah, pada akhir
kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akhirat, di mana orang kafir
akan beriman dan orang fajir akan yakin. Sesungguhnya. aku telah mengangkat
Umar ibnul Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bersabar dan berlaku adil.
itulah yang kuketahui tentang dia dan pendapatku tentang dirinya. Ketika dia menyimpang
dan berubah, aku tidak mengetahui hal yang ghaib. Kebaikanlah yang aku inginkan
bagi setiap apa yang telah diupayakan. Orang-orang yang zhalim akan mengetahui
apa nasib yang akan ditemuinya.”
Abu
Bakar menstempelnya. Surat wasiat ini lalu dibawa keluar oleh Utsman untuk
dibacakan kepada khalayak ramai. Mereka pun membaiat Umar ibnul Khaththab.
Peristiwa ini berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriah.
G. Wafatnya Abu
Bakar Ash-Shiddiq
Pada
akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada
musim dingin hari itu, Abu Bakar mendi, lalu ia terserang demam yang sangat
berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ia ditawari untuk
dipanggilkan dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata, “Aku
pembuat sekendakku”[19]
Dalam
sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain bersih
yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak
mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata, “orang yang hidup lebih memerlukan
yang baru daripada yang sudah mati, kapan itu hanya buat cacing dan tanah”.
Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq
pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Agustus
tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari, dikebumikan di kamar
Aisyah di samping makan Sahabatnya yang mulia rasulullah Saw.[20]
0 komentar:
Posting Komentar